Menurut UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Berdasarkan UU tersebut, pendidikan bisa dikatakan menjadi cerminan dan pondasi dari suatu bangsa. Jika pendidikan di suatu negara baik maka berkualitas lah generasi penerusnya, namun jika pendidikannya buruk maka akan di anggap buruk pula suatu negara tersebut.
Pada Pembelajaran kurikulum 2013, menerapkan pendekatan Pembelajaran Berpusat pada siswa atau student Centered Learning (SCL) sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dalam bidang pendidikan.
Pendekatan ini memberikan kebebasan dan fasilitas kepada siswa untuk menggali sendiri ilmu pengetahuannya, sehingga akan didapatkan pengetahuan yang mendalam (deep learning) dan mampu meningkatkan kualitas siswa.
Karsen (2008) menyatakan bahwa melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning), merupakan suatu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar. Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa merupakan pembelajaran aktif dimana siswa memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, merumuskan
pertanyaan mereka sendiri, berdiskusi, menjelaskan selama di kelas, pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja dalam tim pada masalah dan proyek.
Pendidikan yang berpusat pada siswa sangat penting di wilayah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal), konsep ini bahkan lebih vital karena tantangan unik yang dihadapi oleh siswa dan komunitas mereka.
Partisipasi siswa sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Menurut Taniredja, (2013) partisipasi siswa adalah penyertaan mental dan emosi siswa dalam situasi kelompok yang mendorong siswa, untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan siswa bagi tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.
Partisipasi dapat mendorong aktivitas siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, selain itu partisipasi dapat membentuk siswa untuk selalu aktif sehingga mereka sadar bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh, melalui usaha keras dan siswa juga menyadari makna dan arti pentingnya belajar.
Dengan meningkatnya partisipasi siswa maka prestasi belajar siswa juga akan semakin meningkat.
Berikut ada beberapa poin, tentang mendorong partisipasi aktif menuju pendidikan yang berpusat pada siswa di lingkungan tersebut:
1. Aksesibilitas Pendidikan: Pemerintah dan organisasi pendidikan harus memastikan akses yang adil dan merata terhadap pendidikan di lingkungan terluar, terkebelakang, dan terpencil. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan infrastruktur yang memadai, transportasi, dan fasilitas pendukung lainnya.
2. Pendidikan Berbasis Komunitas: Penting untuk membangun pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dan budaya lokal. Melibatkan komunitas dalam perencanaan dan implementasi kurikulum, dapat memastikan bahwa pendidikan tersebut benar-benar bermanfaat bagi siswa dan lingkungan mereka.
3. Penggunaan Teknologi: Teknologi dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mendukung pendidikan di lingkungan terluar, terkebelakang, dan terpencil. Ini dapat digunakan untuk mengakses sumber daya pendidikan yang sebelumnya tidak tersedia, seperti kursus daring, tutorial video, dan perangkat lunak pembelajaran interaktif.
4. Pendidikan Inklusif: Setiap siswa memiliki keunikan dan potensi yang harus diakui dan dihargai. Pendidikan yang berpusat pada siswa di lingkungan terluar, terkebelakang, dan terpencil harus memperhitungkan kebutuhan individu dan menyediakan dukungan yang diperlukan untuk memastikan partisipasi aktif semua siswa.
5. Mendorong Kemandirian: Mengembangkan kemandirian adalah kunci untuk sukses siswa di lingkungan apapun. Pendidikan yang berpusat pada siswa harus mendorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka, membangun keterampilan kritis, dan belajar mandiri.
6. Pendekatan Multidisiplin: di lingkungan terluar, terkebelakang, dan terpencil, sering kali dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik dan multidisiplin. Ini dapat melibatkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk sekolah, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas lokal, untuk memastikan bahwa kebutuhan pendidikan siswa terpenuhi dengan baik.
Dengan mengadopsi pendekatan ini, kita dapat memastikan bahwa setiap siswa, di mana pun mereka berada, memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas, relevan, dan berpusat pada mereka sebagai individu.
Ditulis oleh :
Desy Triana Dewy, S.Pd
Guru SMAN 1 Kepulauan Posek, Lingga
Mahasiswi Pasca Sarjana Universitas Lancang Kuning