Opini  

Dampak Menikah Muda Tanpa Kesiapan

Nikah Muda
Desi Meliasari Mahasiswa Prodi Sosiologi STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang

Dapurrakyatnews – Menikah muda adalah keputusan yang diambil sebagian besar orang dalam hidupnya. Lalu menikah muda itu seperti apa sih?

Ada yang berpendapat bahwa, menikah muda itu adalah melangsungkan pernikahan saat masih diusia dini. Ada juga yang memandang bahwa menikah di usia awal 20-an juga dikatakan menikah muda, bahkan ada yang menilai bahwa menikah sebelum usia 27 atau 28 tahun itu juga menikah muda.

Muda saat menikah itu banyak sekali perspektifnya, belum ada kejelasan dan kepastian yang sebenarnya berapa usia muda itu. Karena ada orang-orang yang walaupun ia sudah dianggap dewasa dari segi umur, tetapi ia merasa bahwa ia masih sangat muda dalam hidup. Sehingga ketika ditanya “kapan nikah?” ia akan mengatakan “nanti dulu deh” atau “masih mau nikmatin masa muda”.

Menurut BKKBN usia ideal menikah adalah 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan. Tetapi, bukankah seseorang khususnya wanita yang berada diusia 21 tahun itu masih dalam masa pendidikan atau bisa dibilang sedang berkuliah.

Lalu apakah ia sebaiknya menikah saat dalam masa pendidikan? kembali kemasing-masing orang lagi. Jika ia merasa sanggup dan siap menjalani kehidupan sebagai istri sekaligus mahasiswa maka sah-sah saja.

Lalu, apakah menikah muda itu berdampak buruk bagi yang menjalani? menikah muda ada hal baik dan buruknya. Hal baiknya adalah dengan menikah muda menjauhi orang-orang dari pergaulan bebas atau zina. Selain itu menikah muda akan membuat kamu bisa merawat dan membesarkan anak-anak bahkan saat kamu masih diusia yang produktif.

Namun, menikah muda ini juga terdapat hal buruknya apabila yang menjalani itu belum ada persiapan sama sekali sebelum menikah. Siap menikah bukan hanya dari segi fisik yang sudah selayaknya orang dewasa, tetapi siap menikah juga harus dari segi mental, finansial dan ilmu tentunya.

Siap dari segi mental yaitu bagaimana seseorang dalam mengatur emosinya, ketika dia marah, sedih maupun senang bahkan saat memiliki masalah. Bukan hanya orang yang baru akil baligh saja tetapi semua kalangan usia, karena banyak orang yang meskipun telah dewasa dan matang secara usia tetapi dia masih sulit untuk mengontrol emosinya.

Bahkan ada beberapa orang yang bersikap childish dan egois ketika menghadapi masalah. Tidak ada yang salah ketika seseorang sesekali memikirkan dirinya sendiri, tetapi jika itu berterusan dan mengganggu hubungan dengan pasangan tentu akan tidak baik sekali. Maka dari itu dari segi mental juga perlu kontrol yang baik.

Siap finansial, ini adalah permasalahan yang paling sering terjadi di masyarakat. Banyak orang menikahkan anak diusia muda karena kekurangan ekonomi, padahal ketika anak itu menikah pun belum tentu baik ekonominya.

Finansial sekilas terlihat hanya tertuju pada laki-laki saja, karena adanya tuntutan seorang laki-laki harus memberi nafkah kepada istri dan keluarganya. Bagaimana pada mereka laki-laki yang masih muda dan belum mapan ekonominya untuk bisa menjalankan peran sebesar itu. Maka, saat yang tepat untuk menikah ialah ketika telah siap secara finansial.

Mempersiapkan ilmu juga perlu, kenapa? karena didalam agama itu sudah ada aturan-aturan mengenai rumah tangga agar tercapainya sakinah, mawaddah dan warahmah. Ketika menikah tanpa bekal ilmu pernikahan dan berharap bisa belajar bersama nantinya. Itu seperti suatu harapan yang belum tentu terwujud atau tidaknya. Bukankah ketika sudah punya pegangan dan pedoman kemudian didalam praktiknya tinggal dijalankan akan terasa lebih mudah? tentu saja. Maka, ilmu itu penting apalagi pernikahan itu adalah ibadah terpanjang dalam hidup.

Lalu apa yang terjadi jika menikah muda tanpa kesiapan hal-hal diatas, banyak dampak yang akan terjadi jika menikah hanya karena keinginan bukannya kesiapan. Menikah muda tentunya adalah saat dimana berdua belum stabil dalam mengatur emosi, setelah menikah akan ada berbagai drama yang terjadi jika kurangnya komunikasi yang dilakukan berdua.

Entah itu ada yang ngambek, bawel, ngomel-ngomel, tukang marah, cuek, yang tidak bisa dibentak, cengeng, dan masih banyak lagi. Hal-hal seperti itu yang biasanya menguji kesabaran seseorang, apakah sebagai pasangan sudah siap dengan hal itu atau tidak.

Finansial yang belum stabil juga sangat berpengaruh terhadap hubungan didalam pernikahan. Belum lagi jika sudah punya anak, anak itu perlu popok, susu, baju, mainan, jajan, dan ditambah jika sudah masuk sekolah. Pasangan muda juga perlu mempertimbangkan itu.

Jadi, jika dilihat dari semua itu tadi tergambar berbagai hal dampak dari menikah muda yaitu rawan terjadi perceraian. Kenapa? karena ketika kita sering bertengkar akibat kurang komunikasi dan kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga maka itu biasanya mendorong orang-orang untuk bercerai.

Saat punya pasangan yang cuek atau tidak saling pengertian, ada yang merajuk tapi bukannya dibujuk malah ditinggal. Inilah kondisi ketika tidak berusaha memahami satu sama lain atau memilih ego masing-masing.

Perceraian juga bisa disebabkan karena kondisi ekonomi yang tidak baik, saat bersama malah membuat sulit maka biasanya orang-orang akan memilih berpisah saja.

Rentan terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena seperti yang sudah disampaikan diatas, usia muda itu masih labil dalam mengontrol emosinya. Tidak peduli itu dilakukan laki-laki atau perempuan, ketika ia emosi dan cara ia meluapkannya dengan merusak barang atau menyakiti pasangan ini bukanlah hal yang baik jika sudah atau terlalu sering terjadi.

Putus sekolah, orang mungkin menilai putus sekolah karena menikah muda yaitu putus di sekolah dasar, menengah pertama atau menengah atas. Tetapi sebenarnya putus sekolah juga bisa dikatakan pada yang terhenti dalam pendidikan sekolah tingginya.

Banyak orang diluaran sana yang bercita-cita ingin bisa kuliah, saat sudah didapatkan kesempatan itu sebaiknya jalani hingga selesai. Jika menikah memungkinkan diri akan berhenti atau putus kuliah ditengah jalan maka lebih baik menikah itu ditunda dahulu.

Menikah muda juga membahayakan bagi wanita apabila nanti ia hamil dan melahirkan. Itu adalah hal yang mengerikan jika saat hamil tetapi seorang wanita belum siap secara mental, fisik bahkan ilmu mengenai organ reproduksi.

Jika fisiknya siap, mental dan ilmunya belum tentu dan jika mental dan ilmunya sudah ada, fisiknya yang belum tentu siap. Ketika kondisi rahim belum mampu menampung janin itu akan sangat berbahaya bagi ibu dan janinnya.

Kemudian melahirkan ini dimana biasa disebut fifty fifty, antara hidup dan matinya seorang wanita. Belum lagi jika ia mengalami pendarahan, tensi atau darah rendah.

Belum lagi drama disepanjang kehamilan, entah itu ibunya yang stres, depresi, trauma dan banyak lagi. Kemudian, jika gizi selama kehamilan tidak tercukupi maka ini berisiko terjadinya stunting pada anak. Atau bahkan rawannya keguguran karena sang ibu belum sepenuhnya siap dengan kehamilannya.

Banyak dampak buruk yang akan terjadi jika memutuskan untuk menikah muda. Jadi, menikah muda itu salah? Tidak ada yang salah saat memilih menikah muda. Yang salah itu adalah ketika orang-orang mengambil langkah ini karena ingin beralih dari masalah lain. Atau termotivasi dari video yang tersebar dimedia massa tentang bahagianya jika sudah menikah. Tanpa melihat dan mengukur kualitas diri terlebih dahulu apakah ia sudah SIAP atau hanya INGIN saja.

Menikahlah saat kamu sudah siap karena pernikahan yang terbaik itu disaat yang tepat bukan siapa yang paling cepat. Pernikahan bukanlah suatu perlombaan didalam hidup, jika orang lain sudah sampai jodohnya terlebih dahulu itu berarti dia sudah ditahap siap dalam berumah tangga. Tidak perlu dibandingkan dengan diri sendiri, disini Allah SWT menunjukkan bahwa kita perlu memperbaiki diri lebih lagi agar pantas saat menjalani pernikahan.

Tidak perlu merasa sendiri dan merasa tidak ada yang peduli, seakan-akan semuanya menuntut untuk selalu sempurna tetapi dibiarkan begitu saja. Sekarang kita sudah berada di zaman yang modern, ilmu berkembang dengan pesat.

Pemerintah juga sangat peduli tentang keluarga-keluarga yang ada di seluruh Indonesia. Sudah banyak media massa yang memberikan bimbingan dan sebagai tempat belajar bagi kita yang ingin mengetahui lebih tentang segala hal.

Bahkan tentang pernikahan sekali pun, tidak ada lagi hal-hal tabu yang dianggap itu tidak perlu dipelajari terlalu dalam. Karena nyatanya hal yang dilarang itu yang membuat kesalahan fatal dalam hidup.

Ada kelas ilmu parenting, pengelolaan finansial keluarga, persiapan pra nikah bahkan sampai nanti punya anak remaja. Ini adalah wujud dari besarnya perhatian semua orang agar terciptanya keluarga yang harmonis dan tumbuhnya anak-anak yang baik, sehat dan cerdas untuk negeri ini. Maka dari itu, menikahlah karena kesiapan bukan karena keinginan.

Tinggalkan Balasan