KARAPAN SAPI
(Tadjul Arifien, R)
Sumenep, Dapurrakyatnews – Sapi merupakan ikon orang Madura, Tapi banyak orang tidak tahu bahwa sapi Madura yang ramping, cantik berbulu kuning keemasan berasal dari Pulau Sepudi masuk Kab Sumenep.
Diawali oleh seorang Adipati Sumenep yang ke 11 (1386-1399), yakni Arya Pulangjiwo Panembahan Wirakrama / Blingi yang keratonnya di Sepudi. Konon menurut cerita mitos sampai sekarang ada gua disana, bila waktu-waktu tertentu ada raja sapi yang sangat besar selalu Menampakkan diri pada orang yang menyepi di gua tersebut.
Pada abad ke 16 datang ke Sumenep di Desa Bangkal, seorang Muballigh dari Jawa cucu dari Sunan Kudus yakni Syd Ahmadul Baidawi. yang dikenal dengan nama Pangeran Katandur.
Beliau berdakwah dengan memakai metode bercocok tanam, makanya dengan masyarakat Sumenep disebut Pangeran Katandur.
Baca juga : Pembangunan Industrialisasi Eksploitatif dan Kesejahteraan Sumenep
Melihat perkembangan sapi di Sumenep kala itu, Pang Katandur merasa prihatin. karena sapi betina saja yang diperhatikan untuk sarana membajak sawah/ladang dan diternakkan, sedang sapi jantan dijadikan pedaging (disembelih). Dengan demikian maka, sapi jantan akan punah dan populasi sapi akan habis.
Dengan inisiatif beliau maka diadakan adu cepat lari sapi jantan, yang dilakukan setiap tahun bila akan masuk masa penghujan. Dan sebagai hadiah bagi pemenang, yakni yang kalah membantu pemenang menggarap sawahnya secara bergotong royong. Yang kemudian merambah pada setiap Desa, hingga menjadi budaya bagi masyarakat Madura.
Tapi sapi kerapan yang unggul selalu dari pulau Sepudi. Hanya sejarah perjalanan (asal-usul) kerapan sapi, sampai saat ini tidak pernah diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Bukan hanya kerapan Sapi, Saronen diciptakan Khotib Sendang (Pragaan), Topeng Dalang ciptaan Arya Wiraraja. Adipati Sumenep pertama abad 13 (Soenarto Timor/1979 & B Sularso 1980), diaku Pamekasan, Ojung dari Tèngedân Batuputih diaku Situbondo. Dan bisa jadi akan banyak hingga puluhan (60 lebih) Kesenian / Budaya / Kearifan lokal Sumenep akan diaku oleh daerah lain, karena ketidak pedulian Pemerintah Kabupaten Sumenep sendiri.
Sumber
Drs Abdurrahman (Madura selayang pandang)
Arif Susanto, AP., MSi (Mengenal Gayam di pulau Sepudi)
Werdisastra (Bâbâd Songennep)
Zainalfattah (Sejarah TPDK Madura)
Soenarto Timor (Topeng Dalang di Jawa Timur)
Bambang Sularso (Topeng Madura)
dan dari berbagai buku & manuskrip yg ada pada penyusun.