Wabah Campak di Sumenep Masuki Status KLB, Dinkes P2KB Sumenep Tegaskan Langkah Darurat

Campak
Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Sumenep, drg. Ellya Fardasah, M.Kes

Dapurrakyatnews – Penyebaran kasus campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, terus menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, drg. Ellya Fardasah, M.Kes., menyampaikan bahwa kondisi ini telah memaksa pemerintah daerah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 22 Agustus 2025 sebagai langkah tanggap darurat.

Pernyataan ini disampaikan dalam forum Rapat Koordinasi dan Edukasi Wabah Campak di Jawa Timur yang berlangsung secara daring pada Rabu, 27 Agustus 2025. 

Kegiatan tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Direktorat Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Acara yang disiarkan langsung melalui kanal MUI Jatim TV ini menghadirkan berbagai narasumber lintas sektor, mulai dari pakar kesehatan, tokoh agama, hingga perwakilan lembaga pemerintah. 

Tujuannya adalah memberikan edukasi menyeluruh kepada masyarakat tentang bahaya campak dan pentingnya langkah pencegahan melalui imunisasi.

Dalam pemaparannya, Dinkes Sumenep menyoroti eskalasi kasus yang cukup tajam dalam beberapa bulan terakhir.

“Sampai tanggal 26 Agustus 2025, kami telah mencatat 2.268 kasus suspek campak. Dari jumlah tersebut, 205 kasus telah terkonfirmasi positif, dan 17 pasien meninggal dunia,” ujar drg. Ellya dalam sesi presentasinya.

Ia menegaskan bahwa penetapan status KLB bukan hanya tindakan administratif, tetapi juga panggilan untuk seluruh elemen masyarakat agar lebih waspada dan tanggap terhadap risiko penyebaran penyakit ini.

“KLB ini menjadi penanda bahwa wabah sudah berada di luar kendali normal. Oleh karena itu, langkah pencegahan seperti imunisasi massal, pelacakan kontak erat, hingga edukasi kepada masyarakat harus dilakukan secara cepat dan masif,” lanjutnya.

drg. Ellya juga mengapresiasi dukungan lintas sektor, termasuk MUI Jatim yang ikut mendorong peran tokoh agama dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan di tengah masyarakat. Kolaborasi antara aspek medis dan pendekatan keagamaan dinilai sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama di wilayah pedesaan.

“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Peran tokoh agama sangat krusial, karena mereka memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat. Jika pesan kesehatan disampaikan melalui pendekatan spiritual, kami yakin akan lebih diterima,” ungkapnya.

Melalui rapat ini, Dinas Kesehatan berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya imunisasi campak, serta lebih proaktif dalam menjaga kebersihan dan memantau gejala-gejala awal campak, khususnya pada anak-anak.

 

Tinggalkan Balasan