Dapurrakyatnews – Stop TB Partnership Indonesia (STPI) telah melaksanakan kegiatan diseminasi hasil program penanggulangan TBC, di Kabupaten Sumenep bertempat di Aula Wiraraja Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep. Kamis (8/11/2022).
Kegiatan penanggulangan TBC sangatlah penting dilakukan, mengingat angka kasus TBC di Kabupaten Sumenep cukup tinggi, dengan terduga TBC di tahun 2021 sebanyak 4.631 dan meningkat menjadi 10.841 di tahun 2022.
Sementara kasus TBC yang ditemukan di tahun 2021, sebanyak 1.518 dan mengalami penurunan di tahun 2022 menjadi 1.681 kasus saja. Tuberkulosis (TBC) sendiri adalah salah satu penyakit menular, yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TBC menyerang paru-paru, namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar, otak, lambung, dll. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep tahun 2018 hingga 2019, tren kasus TBC di Kabupaten Sumenep terus mengalami kenaikan, dari 1.712 menjadi 1.924 kasus.
“Situasi tersebut memberikan gambaran bahwa, dibutuhkan penangananp enanggulangan TBC yang lebih sistematis dan terintegrasi secara multisektoral,” kata Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB.
Menurutnya sebagai lembaga yang turut membantu pemerintah dalam upaya penanggulanganTBC, STPI menginisiasi program penguatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat, untuk mencapai eliminasi TBC. Program ini dilaksanakan dengan memilih Kabupaten Sumenep sebagai pilot program.
“Kami optimis TBC bisa dieliminasi, GETS (Gerakan Eliminasi TBC dan Stunting) akan dilakukan. sebagai bentuk komitmen penanggulangan TBC, pemerintah daerah di Kabupaten Sumenep,” jelasnya.
Ditempat yang sama M. Ilyasi selaku Direktur Pondok Kesehatan Pesantren Annuqayah, menyampaikan upaya penanggulangan TBC di pesantren. STPI juga membentuk dan melatih 10 kader di Pondok Pesantren Sumber Payung, dan 10 kader di Pondok Pesantren Annuqayah untuk mampu melakukan edukasi dan penemuan kasus TBC secara mandiri.
“Beberapa kegiatan yang dilakukan di pondok pesantren diantaranya Pelatihan kader TBC, Skrining dan penyuluhan oleh kader TBC Pesantren, pelatihan manajemen ponkestren (Pondok Kesehatan Pesantren) dan refresh materi TBC,” ucapnya.
Rodifah selaku kader dari Desa Lenteng Timur juga menyampaikan, jika di tahun 2021 intervensi diperluas ke tingkat desa. Diawali dengan pembentukan desas siaga TBC dan pembentukan kader TBC, yang kemudian aktif melakukan edukasi dan penemuan kasus TBC di desanya. Tidak hanya memberikan edukasi terkait TBC, namun juga melatih kader psikososial terkait masalah psikologis dari pasien TBC
“Pasien itu tidak bisa diprediksi kondisi psikologisnya, karena kami harus benar-benar menjiwai peran untuk bisa membantu pasien agar rutin minum obat TBC,” ujar Rodifah.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Zahri, selaku Bendahara Desa Grujugan. Menurut nya, pemerintah desa juga mendapatkan asistensi dalam menyusun dan menerbitkan Peraturan Desa, tentang penanggulangan TBC yang menjadi dasar penyusunan perencanaan dan penganggaran TBC di desa.
“Kami sudah menganggarkan dana untuk kegiatan TBC, yang tertuang di RENSTRADES sebesar 4 juta untuk memperlancar kegiatan kader desa terkait penanggulangan TBC di desa,” terangnya.
STPI juga memastikan adanya mekanisme/alur kerja dalam proses kolaborasi puskesmas, kader, dan pemerintah desa dalam penanggulangan TBC, yang tertuang dalam Standar Operasional Prosedur (SOP), yang terbagi menjadi tiga, diantaranya:
Pelibatan kader dalam penemuan kasus TBC secara aktiif, pelibatan kader dalam investigasi kontak untuk membantu penemuan kasus TBC, sertw pendampingan pengobatan pasien tuberkulosis, dengan nelibatkan kader di Puskesmas setempat.
Ketiga SOP tersebut kemudian di osialisasikan dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas setempat, seperti Puskesmas Lenteng, Puskesmas Gapura, Puskesmas Guluk Guluk dan Puskesmas Ganding.
“Kami dilatih bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien TBC, dan menggali permasalahan secara psikososial yang dialami pasien TBC. Kedepannya kegiatan tersebut akan kami replikasi di desa-desa wilayah kerja, Puskesmas Gapura” terang Lilis selaku penanggungjawab TB di Puskesmas Gapura.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut W1akil Bupati Kabupaten Sumenep oleh Hj. Dewi Kholifah, S.H, M.H, M.Pdi, Drg. MVS. Mahanani, M.Kes. perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan beberapa perwakilan dari (OPD) Organisasi Perangkat Daerah.