Dapurrakyatnews – PT. Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) meluncurkan inisiatif ambisius dalam sektor perikanan dengan memulai proyek budi daya lobster di Teluk Kangean, Sumenep, Madura. Proyek ini diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam pengembangan perikanan Indonesia, dan menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.
Tim Budi Daya Lobster BALAD GRUP berangkat pada Senin malam, 9 September 2024, dari Pelabuhan Jangkar, Situbondo, menuju Pelabuhan Lembar di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tim yang terdiri dari sembilan pemuda Situbondo ini akan menjalani pelatihan intensif di Lombok Timur, NTB, sebelum melanjutkan ke Vietnam untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka dalam budi daya lobster.
HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy, Direktur Utama BALAD GRUP, menjelaskan bahwa tujuan utama proyek ini adalah mengembangkan usaha budi daya lobster di Gugusan Teluk Kangean.
“Kami berencana memelihara hingga 10 juta ekor lobster secara bertahap dalam setahun. Proyek ini akan dimulai dengan pemasangan 200 blok keramba, masing-masing berisi 50.000 ekor lobster,” katanya.
Setiap blok keramba diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 750 juta, dengan total investasi untuk 200 blok mencapai Rp 150 miliar. Biaya pengadaan bibit lobster, dengan asumsi harga Rp 10.000 per ekor, diproyeksikan mencapai Rp 10 miliar. Adapun biaya pakan, obat-obatan, dan perawatan lainnya untuk 10 juta lobster selama setahun diperkirakan mencapai Rp 5 triliun.
Proyek yang berlokasi di Teluk Kangean ini akan memanfaatkan lahan seluas 250 hektar. Untuk mendukung operasional, BALAD GRUP berencana mengadakan dua unit kapal angkut pakan dan penumpang senilai Rp 10 miliar per kapal, 400 sampan untuk transportasi dalam area budi daya, serta 50 perahu untuk transportasi karyawan. Selain itu, sepuluh mess akan dibangun sebagai tempat tinggal bagi karyawan dengan biaya sekitar Rp 10 miliar.
Jumlah tenaga kerja yang akan terlibat dalam proyek ini mencapai 1.400 orang, dengan setiap blok keramba dikelola oleh tujuh pekerja. Gaji yang ditawarkan adalah dua kali lipat dari Upah Minimum Regional (UMR) setempat, dan tambahan 100 petugas keamanan akan dikerahkan untuk menjaga lokasi budi daya.
Khalilur menambahkan, seluruh kegiatan operasional akan dikelola oleh sembilan orang tim BALAD GRUP dengan dukungan manajemen dari Kantor Graha Pena Ekstensi Lantai 10, Surabaya. Pendanaan awal proyek ini berasal dari dana internal perusahaan, dengan rencana pendanaan lanjutan melalui hasil budi daya lobster di Vietnam.
“Budi daya lobster memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Kami memperkirakan sirkulasi dana minimal Rp 10 triliun per tahun di satu gugusan teluk. Jika proyek ini berhasil, kami berencana memperluas inisiatif ke 567 teluk di seluruh Indonesia, yang akan memberikan dampak ekonomi signifikan bagi negeri ini,” ujar Khalilur.
Ia menekankan bahwa potensi perikanan di ribuan pulau Indonesia harus menjadi prioritas utama, bukan hanya sektor pertambangan.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekuatan besar di sektor perikanan. Kami di BALAD GRUP berkomitmen untuk memulai dan mengembangkan inisiatif ini demi masa depan yang lebih cerah bagi industri perikanan Indonesia,” tutup Khalilur.