Dapurrakyatnews – Setelah sukses menggelar Thatorbengan Ritual Culture The Cham Of Rokat Tradition Jum’at (8/9), hari ini pemerintah Desa Torbang menggelar Pawai Budaya Torbang Kontemporer. Sabtu (9/9/2023).
Kepala Desa Torbang Muzanni kepada dapurrakyatnews menyampaikan bahwa, Pawai Budaya Torbang Kontemporer mengusung perpaduan antara modern dan budaya masa lalu.
“Hari merupakan salah satu rentetan acara dari khatorbengan ritual culture, yang mana khatorbangen telah dilaksanakan kemarin hari jumat, dengan menampilkan budaya budaya yang sudah lama hilang kemudian kita coba untuk munculkan dan perkenalkan kembali kepada masyarakat Desa Torbang,” kata Muzanni.

Hal tersebut tu kita kemas, dengan beberapa tampilan budaya seperti kostum mantenan, dan berbagai macam kreativitas dari masyarakat Desa Torbang.
“Ini semua merupakan bentuk apresiasi dan rasa syukur dari masyarakat desa Torbang, karena dalam 1 tahun ini sudah ada beberapa banyak hal yang menjadi income, kepada warga sehingga patut bersyukur dan bergembira,” ujarnya.
Sementara itu ditempat yang sama, Kepala DPMD Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Anwar Syahroni Yusuf, menyampaikan bahwa pelaksanaan pawai budaya torbang kontemporer ini, pasti akan berdampak terhadap perputaran ekonomi desa setempat.
“Tentu saja di sana ada perputaran ekonomi yang sangat dirasakan oleh pelaku UMKM di Desa Torbang, karena semakin banyak perputaran ekonomi di Desa Torbang, tentu saja akan berimbas kepada kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

“Karena yang datang untuk melihat pawai budaya torbang kontemporer bukan hanya dari masyarakat Desa Torbang, namun sebagian besar adalah masyarakat luar Desa Torbang,” ungkapnya.
Seperti yang kita lihat di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh peserta pawai, penuh dengan masyarakat dan pelaku UMKM.
*Jadi selain pelaksanaannya yang terbilang sukses, Pawai Budaya Torbang Kontemporer ini, juga sukses dalam hal perputaran ekonominya,” Jelasnya.
Di lokasi, dapurrakyatnews mencoba mengorek informasi dari salah satu penjual pentol dengan gerobak motornya, Sukardi, Ia menceritakan bahwa menggantungkan hidup dari berjualan pentol bakso.
Menurutnya pagelaran pagelaran yang mengumpulkan orang dalam satu lokasi, menjadi berkah tersendiri, yang biasanya kami berangkat dari pagi dan pulang sampai malam hari, dengan berkeliling sampai ke kecamatan di luar Batuan untuk menjajakan dagangan.
“Namun dengan adanya kegiatan kegiatan semacam ini, kami tak perlu keliling dan lebih cepat pulang ke rumah,” ungkapnya dengan nada tersenyum.