Di sebuah hutan di ujung timur sebuah Negeri Antah Berantah, setiap hari, Serigala dan Musang pergi bersama mencari makanan, mereka menyusuri hutan lalu memasuki perbukitan.
Setiap kali mereka berburu bersama, mereka sering berbincang-bincang dan terkadang perbincangan itu menjadi sebuah perdebatan yang sangat sengit. Saking sengitnya, mereka terkadang berkelahi, namun selang hari kemudian mereka berdamai dan kembali berburu bersama.
Hari ini sang Musang keluar dari sarangnya dengan gembira, dia berjalan menuruni bukit menuju hutan yang lebat, untuk menemui sang Serigala yang biasanya sedang tidur di atas pohon.
Sesampainya di sana, Serigala sedang tidur terlelap di sebuah dahan pohon besar, lalu sang Musang membangunkannya.
“Bangunlah tukang tidur, ini sudah hampir sore hari, kerjaanmu tidur saja dari kemarin, lama-lama jadi patung batu kau,” kata Musang
Sang serigala mendengar perkataan musang, dan diapun langsung bangun dari tidurnya.
“Kau selalu saja membangunkan ku disaat aku terlelap tidur,” ujar Serigala dengan nada tidak senang.
“Turunlah tukang tidur kita berburu bersama, aku sangat ingin berburu bersamamu dan aku sangat bersemangat sekali hari ini,” pinta Musang sambil tersenyum.
Lalu turunlah sang Serigala dari dahan pohon itu, dan dengan anggunnya sambil berkata “Baiklah aku terima ajakanmu, kemana kita akan pergi berburu?,” tanya Serigala.
”kita akan naik ke bukit sebelah utara, di sana banyak sekali ayam dan kambing, lagi pula aku bosan memakan tikus mulu, sekali-kali aku ingin merasakan lembutnya daging ayam,” jawab Musang.
Setelah berbincang sebentar, akhirnya mereka menelusuri hutan ke arah perbukitan. Dalam perjalanan, mereka berbincang-bincang mengenai cara menangkap hewan, sang Musang berbicara seolah-olah lebih cerdik dari sang Serigala.
”Aku ini lebih cerdik darimu Serigala. Aku memiliki banyak cara untuk menangkap hewan dan meloloskan diri dari bahaya, dibandingkan dengan mu… hampir seribu cara aku miliki,” ungkap Musang dengan sombongnya.
Sang Serigala berkata dengan nada tinggi kepada sang musang ”Aku akui kamu punya seribu cara, aku hanya memiliki satu cara untuk menangkap hewan dan meloloskan diri dari bahaya, namun trik yang aku miliki lebih hebat dari trik mu yang banyak itu,” sergah Serigala yang tampak tak suka akan kesombongan Musang.
Sesaat kemudian, belum selesai mereka mengobrol, terdengar suara anjing menggonggong dan suara pemburu.
Sang Serigala dengan gesit berlari ke ketepian sungai, kemudian dia melompat dari satu batu sungai ke batu sungai lainnya. Dengan lincahnya, kemudian dia berlari dengan kencang ke arah hutan lainnya, sambil menoleh ke belakang.
”Inilah caraku untuk meloloskan diri dari para pemburu,” pekik Serigala kepada Musang.
Sang Musang, memiliki banyak cara untuk meloloskan diri dari para pemburu, namun Musang panik dan bingung, cara mana dulu yang akan dia coba hingga akhirnya dia berlari ke sana ke mari, tanpa tujuan yang jelas hingga akhirnya sang pemburu menembaknya sampai mati.
Pesan moral cerita fabel di atas adalah, memiliki sedikit keahlian, namun menguasainya dengan mahir, lebih baik, dibandingkan dengan mengetahui banyak keahlian, namun tidak menguasainya.