Opini  

Dilema Puasa Bagi Anak Kos Jauh dari Keluarga

PuasaDapurrakyatnews – Bulan Suci Ramadhan menjadi waktu yang dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Bulan penuh berkah ini terasa lengkap dengan berkumpul bersama keluarga, dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Namun, tidak semua orang bisa menikmati Bulan suci Ramadhan dengan keluarga. bagi anak perantau yang jauh dari keluarga akan terasa sedih dengan menyambut Ramadhan tanpa keluarga.

Bagi anak rantau yang ngekos, baik itu yang berkerja ataupun yang menempuh dunia pendidikan yang jauh dari kampung halaman terasa sepi dan canggung menghadapi bulan penuh berkah ini seorang diri. Meskipun begitu, mereka tetap semangat dalam menjalankan ibadah puasa dan menunaikan shalat tarawih di tengah keinginan untuk melewati Ramadhan bersama keluarga.

Bagi beberapa anak kos bulan puasa terasa tak ada bedanya dengan hari biasa. Selain rutinitas yang sama saja, agenda makan dua hari sekali juga tak lepas dari kebiasaan anak kos. Jauh dari orang tua membuat anak kos sering tidak teratur makan. Ini yang membuat kebanyakan merasa bahwa saat puasa suasananya tak terlalu berbeda bahkan sama saja.

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Ramadan 1444 H atau awal puasa Ramadhan 2023 jatuh pada Kamis (23/3/2023). Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, penetapan awal Ramadhan 2023 ini telah ditetapkan secara bersama dalam Sidang Isbat.

“Kita bersepakat secara mufakat, bahwa 1 Ramadhan jatuh pada hari Kamis, 23 Maret 2023 Masehi,” ujar Yaqut dalam jumpa pers di Kemenag, Jakarta Pusat, Rabu (22/3/2023).

Dilansir dari laman Kemenag, Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan. Orang yang berhak mendapatkan keutamaan Ramadhan adalah orang-orang beriman. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah puasa adalah orang yang beriman. Penekanannya bukan orang Islam ataupun manusianya, tetapi yang beriman. Karena itu tidak heran ketika Ramadhan datang, tidak semua orang berpuasa tanpa alasan yang dibolehkan. Sebab, tingkat keimanan setiap orang berbeda-beda.

Keutamaan Ramadhan juga telah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)

Sedangkan dari Ubadah bin AshShamit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (HR Ath Thabrani).

Selama bulan Ramadhan, keberkahan banyak didapatkan oleh setiap insan, bahkan pedagang pun senantiasa mendapatkan keberkahan, segala makanan yang dijualnya selama ramadhan ikut menjadi laris dan habis, Masya Allah. Begitu banyak kemuliaan yang dikasi Allah SWT pada bulan Ramadhan.

Dalam sebuah Hadits dikatakan bahwa “Sepuluh hari pertama pada bulan Ramadhan adalah Rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan dan sepuluh hari ketiga adalah pembebasan dari api neraka”. Dan Selain itu. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat. (HR. Bukhori Muslim).

Ramadhan mendidik kita untuk selalu sadar. Selalu waspada, takut tertelan sesuatu. Khawatir terpandang yang dapat membatalkan puasa. Sadar untuk tidak bicara aib orang lain. Bersabda Nabi SAW “Sesungguhnya puasa itu benteng. Apabila seseorang dari kamu berpuasa, maka janganlah berkata keji dan jahil. Dan kalau ada orang yang menyerang atau memakinya maka hendaklah ia mengatakan ‘Aku ini berpuasa! Aku ini berpuasa!” (Diriwayatkan Al Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah).

Menjaga lidah daripada perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, adu domba, berkata keji, berkata yang merusakkan silaturrahim, kata permusuhan, kata yang mengandung riya’. Dan mengharuskan berdiam diri serta menggunakan waktu untuk berdzikir kepada Allah SWT dan membaca Al Qur’an.Puncak kesadaran saat puasa adalah ketika menjelang finish, benar-benar sadar dan dipastikan yang terdengar itu adalah adzan maghrib dari masjid, bukan dari handphone.

Anak kos lebih memilih untuk memasak hidangan berbuka puasa maupun untuk menu sahur. Karena ketika ingin beli, mereka harus melihat kondisi keuangan. Jika beli lauk pauk terus menerus juga tidak enak, boros, padahal di bulan Ramadhan ini seharusnya kita dapat berhemat, karena kita tidak berbelanja pada waktu pagi sampai dengan sore sebelum Adzan Maghrib.

Lebih baik dan lebih sehat memasak sendiri, Terkadang bahkan mie instan pun selalu jadi menu andalan ketika teman-teman malas masak dan tidak mau ambil ribet. Selain itu, ketika sudah merasa sedikit bosan dengan buka puasa di kos, biasanya sih anak-anak kos berbondong-bondong mencari takjil dan buka puasa gratis, karena buka puasa gratis merupakan berkah Ramadhan bagi anak kos. Dimana tempatnya? Biasanya ada beberapa masjid yang setiap harinya selama bulan Ramadhan menyediakan takjil dan buka bersama di masjid.

Bulan Ramadhan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk oleh para anak kos atau mahasiswa. Tidak lupa juga untuk menunaikan ibadah-ibadah lain sendiri selama di perantauan. Sebagai bulan penuh berkah, jadikan momen Ramadhan ini tidak berlalu begitu saja tanpa makna. Tidak mudah memang jauh dari orang tua. Harus mandiri, yang biasanya bangun sahur udah ada makanan yang tersedia dan pada saat ngekos mau gak mau harus mandiri, apa-apa harus sendiri (masak sendiri, cuci baju sendiri, beberes sendiri).

Awalnya sulit tapi lama-kelamaan jadi terbiasa, proses pendewasaan diri, karena tidak selamanya juga kita harus berharap terus dari orang tua. Selain digunakan untuk beribadah, waktu juga bisa diisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Seperti, memanfaatkannya untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Sehingga ketika berbuka puasa, waktu bisa lebih dimanfaatkan untuk beribadah dan beristirahat.

Ditulis oleh:                                            Aisyah Abdiriana

Mahasiswi Program Studi Sosiologi STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang.

Tinggalkan Balasan