Dapurrakyatnews, – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) atau disebut juga Kampus Mengajar, membuka ruang bagi mahasiswa untuk bisa mengaplikasikan keahlian, serta ilmu pengetahuan mereka dalam membantu siswa. Program ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa, untuk mengaktualisasikan minat , semangat, dan keinginan mahasiswa.
Program kampus mengajar memberikan kesempatan terhadap mahasiswa untuk belajar diluar kelas selama 1 semester, sebagai mitra guru untuk berinovasi dalam pengembangan strategi dan model pembelajaran, yang dapat dikembangkan menjadi inovatif kreatif dan tentunya mudah dipahami peserta didik.
Nurul Azizah menyampaikan pengalaman dan ceritanya mengikuti Program Kampus mengajar. Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Raja Haji Tanjungpinang ini mengikuti Program MBKM di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Tanjungpinang.
Ia menuturkan, pengalaman awal saat mengikuti program kampus mengajar ini, Ia bersama temen-temen ada beberapa kendala saat mengajar di SMKN 5 Tanjungpinang tersebut.
Dimana sebagai mahasiswa yang juga merupakan pelajar juga sangat canggung dengan program kampus mengajar ini.
“Kami perlu menyesuaikan diri dengan tempat yang baru dan juga terhadap para guru, canggung berbicara terhadap guru sehingga pada saat observasi awal itu kami merasa perlu penyesuaian diri lagi,” ucap Nurul kepada Dapurrakyatnews.com saat dihubungi, sabtu, (7/10).
Ia menjelaskan, pada minggu pertama saat melakukan observasi membuatnya bersemangat melihat antusias para siswa yang disiplin saat melakukan observasi di kelas.
Dalam observasi awal kemarin itu ternyata diperlukan manajemen sekolah, metode dan strategi pembelajaran, pemahaman terhadap teknologi, literasi dan numerasi.
“Jadi dari observasi itu kami melakukan pemantapan literasi dan numerasi siswa,” jelasnya.
Ia menyampaikan beberapa program yang dilakukan saat mengikuti Kampus mengajar di SMKN 5 Tanjungpinang. Ada beberapa program yang kami langsung yaitu progam mading, time to speak dan adaptasi teknologi.
Program mading ini dilakuin tiap kelas bergiliran dengan tema yang berbeda tiap minggunya, dan program ini udah kita lakuin selama 3 minggu.
“Tujuan program mading ini untuk menumbuhkan literasi serta kreativitas siswa dalam budaya karya ilmiah di sekolah,” ungkap gadis 19 tahun kelahiran Tanjungpinang tersebut.
Kemudian Program time to speak, program ini materinya tentang publik speaking, cara membuat aplication letter, cara membuat critical vitae (CV) dan latihan wawancara kerja.
“Kebetulan penanggung jawabnya nurul ditemani sama guru koordinatornya yaitu guru mata pelajaran bahasa inggris. disini kami menghubungkan materi “time to speak” dengan bahasa inggris,” ujar Nurul.
Untuk minggu pertama dan kedua kami bakal menyajikan materi perkelas terlebih dahulu, kemudian nanti di minggu ketiga kami akan menggabungkan seluruh kelas agar langsung praktek bersama-sama.
Selanjutnya progam adaptasi teknologi, untuk program ini kami ngadain perlombaan pembuatan video mengenai profile SMKN 5 Tanjungpinang.
“Pembuatan video ini ditugaskan untuk semua kelas, setiap kelas dibagi beberapa kelompok untuk membuat video. jadi nantinya video yang paling baguslah yang akan jadi pemenang,” terangnya.
Diketahui, lingkungan sekolah SMKN 5 Tanjungpinang termasuk daerah pinggiran. Dimana sekolah tersebut berada di daerah bekas tambang, sehingga sangat gersang dan panas karena tidak terlalu banyak pohon. Kemudian akses jalan menuju sekolah masih kurang memadai dikarenakan jalan tersebut masih berupa tanah bauksit.
Jalan tersebut merupakan satu-satunya jalan menuju ke dalam sekolah. Disekitar jalan menuju ke dalam sekolah juga terdapat banyaknya sampah yang berserakan.
kemudian, lingkungan sekolah terbilang cukup jauh dari pemukiman sehingga waktu pulang sekolah di sekolah tersebut terdapat kebijakan khusus yang mana murid akan pulang lebih cepat dibandingkan dengan sekolah SMK lainnya di daerah tersebut.
Ia menyampaikan kalo untuk pengalaman sekarang ini berjalan mulus, tidak ada masalah sama sekali, ditambah semua guru yang selalu mensupport dari program yang ia dan teman-temannya lakukan.
“Tidak jarang juga kami melakukan asistensi guru yang berhalangan hadir,” pungkasnya.0