Dapurrakyatnews – Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain, sehingga semakin tinggi tingkat sosialisasi literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.
Untuk itu BPRS Bhakti Sumekar Sumenep, mengadakan talk show tentang sosialisasi literasi keuangan yang bertempat di lantai II Hotel C1 Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kamis (23/2/2023).
Hairil Fajar Direktur Utama BPRS Bhakti Sumekar mengatakan, kegiatan sosialisasi literasi keuangan yang dilaksanakan oleh pihaknya, bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat mengelola keuangan dengan baik.
“Sehingga dalam mengambil keputusan berinvestasi, penabungan dan untuk membelanjakan keuangan, dapat dilakukan dengan tepat dimasa yang akan datang,” kata Hairil Fajar
Lebih lanjut, orang nomer satu di lingkungan BPRS ini memaparkan, bahwa dalam ketentuannya seharusnya seluruh masyarakat harus dapat meningkatkan literasi keuangan.
“Kebetulan sekarang yang kita ajak adalah mitra nasabah bekerja sama dengan BPRS Bhakti Sumekar sebagai wujud bagaimana ke depan mereka semakin kuat literasi keuangannya (Well Literate),” ujarnya.
Khairil Fajar juga mengungkapkan, bahwa Narasumber yang dihadirkan pada acara tersebut adalah Direktur Bisnis BPRS Bhakti Sumekar, sedangkan dari unsur pemerintahan Sekretaris Daerah (Sekda) Sumenep, Edy Rasyiadi.
Sementara total yang hadir dalam acara tersebut, di antaranya 30 Puskesmas mewakili Kepala Puskesmas dan Bendahara.
“Termasuk Kepala BPPKAD juga menjadi narasumber untuk menguatkan tata kelola keuangan,” paparnya.
Targetnya dalam acara ini, kata pria yang karib disapa Fajar, adalah “Well Litarate” agar masyarakat lebih bijak dalam mengambil keputusan pengelolaan keuangan.
“Jadi survei menunjukkan Indonesia itu antara literasi dan inklusi masih ada gap. Literasi itu kalau tidak salah masih di angka 49,68 di tahun 2022. Sementara inklusi di tahun 2022, 85,10,” ungkapnya.
Artinya, lanjut Fajar, tingkat penggunaan keuangan sudah tinggi, sementara pemahaman ini yang perlu didorong agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan pengelolaan keuangan. “Bisa berakibat kerugian dalam berinvestasi.” Tukasnya
Diketahui, berdasarkan data perbandingan indeks literasi dan inklusi keuangan tahun 2019 dan 2022. Indeks literasi tahun 2019 38.03 persen sedangkan 2022 49,68 persen.
Untuk inklusi, tahun 2019 76,19 persen tahun 2022 85,10 persen. Tentu punya gabnya antara literasi dan inklusi sekitar 38,16 persen tahun 2019 dan 35,42 persen 2022.