Dapurrakyatnews – Bayi Asifa Auliya Susanti (27 bulan) mengidap Atresia ani atau disebut juga anus imperforata, salah satu jenis cacat atau kelainan yang terjadi sejak lahir. Kondisi ini menunjukkan perkembangan janin mengalami gangguan, sehingga bentuk rektum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus, umumnya tidak terbentuk dengan sempurna.
Asifa begitu ia disapa, anak dari pasangan suami istri Iwan Subianto dan Susi Susanti, warga Dusun Patatan, Desa Kangayan, Kecamatan Kangayan, Kabupaten Sumenep, saat ini menunggu jaminan kesehatan (BPJS) untuk bisa dilakukan penanganan di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
“Saya berangkat dari rumah (10/8) bertiga bersama ibu saya membawa (SPM) Surat Pernyataan Miskin, tapi setelah sampai RSUD Moh Anwar ternyata SPM yang kami bawa tidak berlaku,” kata Susi Susanti ibu Asifa . Senin (29/8/2022).
Sambil menunggu proses pengobatan anaknya, ia bersama putri dan ibunya berada di rumah kos selama 15 hari, sebelum dibawa ke Rumah Tunggu Kelahiran (RTM). Selama kami disini setiap hari menunggu kiriman makan, dari pak Roni perawat di Rumah Sakit.
“Namun jika pak Roni tidak datang, ke RTM kami membeli diluar. Sebenarnya kami lebih suka ada di kos kosan karena disana dekat pasar, dan harga makanan bisa terjangkau, kalau disini (RTM) semuanya mahal,” tambahnya.
Sementara itu Syaiful Anang atau Syaiful Puja yang ditemui dapurrakyatnews di RTM, mengaku sangat prihatin dengan kondisi dan keadaan dari bayi Asifa. Apalagi dengan fasilitas yang ada di RTM ini masih kurang.
“Jika di RTM ini ada fasilitas memasak, tentu saja akan mengurangi beban keluarga yang mempergunakan RTM. Kalau seperti ini mereka harus membeli makan diluar, yang tentu saja akan menambah beban hidup mereka,” ujarnya dengan nada mengeluh.
Karena menurut penuturan ibu dari Asifa, jika mereka datang ke Sumenep untuk mengobati anak nya, dengan biaya pinjam BPKB sepeda motor saudaranya, untuk digadaikan sebagai biaya hidup selama di Sumenep.
“Sedangkan ayah dari Asifa saat ini baru 3 bulan yang lalu pergi ke Malaysia, sebagai tenaga kerja ilegal dalam rangka pengobatan anaknya,” imbuhnya.
Syaiful Puja berharap kepada Dinas terkait seperti Dinas Kesehatan, untuk membantu proses pengobatan Asifa. Dan saya juga berharap kepada Dinas Sosial, untuk turun aktif dan peka terhadap persoalan ini.
“Karena Dinas Sosial Sumenep menurut saya mempunyai tupoksi, untuk bisa menjamin makan mereka sehari hari, selama menunggu proses pengobatan ke Surabaya,” harapnya.
Ia menambahkan jika penyembuhan Asifa tersebut memerlukan proses yang sangat panjang, sampai Asifa bisa hidup normal seperti anak balita lainnya.
“Oleh karena itu saya menggugah kepada siapa saja untuk ikut membantu meringankan beban hidup mereka, selama Ibu Asifa dan neneknya menunggu dan menemani proses pengobatan Asifa,” pungkasnya.